8 April 2007
Suatu Minggu di akhir Maret 2007, saya dikejutkan oleh suatu berita dukacita. Ibu Kades di desa tempat saya melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2005 lalu, meninggal dunia. Ada penyesalan terasa, menyadari saya terlalu sibuk (atau sok sibuk) hingga silaturahmi dengannya merenggang beberapa waktu belakangan ini.
Belum lama, beliau mengundang saya untuk menghadiri pernikahan putranya. Saat itu, saya berencana hadir bersama teman saya sesama eks mahasiswa KKP di desa tersebut. Namun, pada hari yang direncanakan, saya harus masuk kerja dan hujan turun deras sekali saat itu. Akhirnya saya dan teman pun hanya berkirim kabar lewat SMS, mengatakan penyesalan karena tidak bisa hadir seraya berjanji akan datang ke sana lain kali. Sehari sebelumnya, beliau berkata dalam SMS:
datang ya, neng. Ibu sudah kangen sekali..
Menyesal rasanya, usaha saya tak cukup keras waktu itu untuk datang sekedar memenuhi kerinduan beliau. Menyesal rasanya, ketika akhirnya saya datang ke desanya adalah untuk melayat beliau…
2 thoughts on “Kembali ke Desa”
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Penyesalan memang selalu datang belakangan, bahkan kadang harus dibayar jauh lebih mahal daripada melakukan hal yang semestinya kita lakukan.
peristiwa ini sama persis dengan yg saya alami tapi mungkin lebih sedih karena yang wafat itu kakak perempuan saya. 3 hari sebelum wafat (hari selasa) beliau datang kerumah saya dan memaksa saya untuk berkunjung kerumahnya sampai-sampai beliau ingin membawa anak saya supaya saya dtg kerumahnya untuk menjemput anak saya dan saya berjanji pada hari jum’at ingin berkunjung kerumahnya Dan tepat di hari jum’at sedari subuh sampai sore perasaan saya ga enak dan selalu ingin pergi kerumah beliau tapi entah kenapa badan ini terasa berat untuk pergi (mungkin sudah suratan).
Dihari jum’at itulah beliau pulang ke Rahmatullah tepat jam 12 siang karena serangan jantung dimana suaminya sedang bekerja dan tidak ada yang memberikan pertolongan pertama coba kalau saya datang waktu itu mungkin ceritanya tidak seperti itu.
Penyesalan selalu terjadi belakangan dan ini kisah benar-benar nyata. Semoga bu Kades dan kakak saya diterima segala amal dan perbuatannya. Amien.