Kemapanan dan Chemistry Itu

Dia adalah salah seorang kawan dekat saya. Senang berbagi cerita juga ungkapkan cita-citanya. Mendapat suami kaya adalah salah satunya. Cita-cita yang seringkali terucap di tengah canda, terkadang di tengah sesi curhat bebas. “Ya, gw pengen dapet laki kaya. Biar gw nggak cape kerja”, begitu katanya. Kadang saya bertanya-tanya, seriuskah dia dengan ucapannya?

Sampai suatu ketika dia pulang, ternyata jalan menuju cita-citanya tersebut jadi lumayan terang. Dia dijodohkan. Bukan dengan sembarang pemuda, tapi dengan anak pejabat di daerahnya. Kaya, berkarir bagus dan sudah lulus pascasarjana pula. Ah, betapa nasib baik berpihak untuknya bukan?

Tapi sambil tertawa-tawa dia bercerita, “gw kabur, Dit. Gw nggak pulang ke rumah. Ogah gw dijodohin”. Lho lho lho.. ketika kesempatan baik sudah sedemikian dekat padanya, kenapa dia berpaling muka?

Sungguh, bahkan hingga hari ini saya pun belum menemukan jawabannya.

Kasusnya ini mengingatkan saya pada salah satu pernyataan dalam buku Female Brain karya Louann Brizendine. Katanya, dalam setiap kebudayaan, perempuan tidak begitu mempersoalkan daya tarik visual seorang calon suami dan lebih tertarik pada kekayaan materi serta status sosialnya. Konon preferensi ini didasarkan pada naluri dasar seorang perempuan yang membutuhkan perlindungan serta mempermudah akses terhadap pangan, papan dan sumberdaya lainnya. Naluri ini diwariskan oleh nenek moyang manusia, terekam dalam struktur sirkuit otak perempuan.

Dalam beberapa hal, saya akui pendapat Brizendine ada benarnya. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa di dalam banyak kebudayaan, lelaki memegang peran sebagai penyuplai utama kebutuhan keluarganya. “Naluri dasar” yang katanya alamiah itu semakin lestari saja di masyarakat. Namun tentu ini tak bisa dipakai untuk menyimpulkan bahwa perempuan sudah matre dari sononya.

Jadi, lagunya Neo yang berjudul Cewek Matre itu benar dong?
Ah, saya belum bilang begitu lho.. Tapi kayaknya teman saya bisa jadi salah satu bukti hidup yang mendukung pernyataan ini. :mrgreen:

Bila hal ini saya diskusikan dengan teman saya itu, dia pasti dengan semangat bilang: memang gitu kok! Pernyataan tegas yang memunculkan pertanyaan lain, lalu di mana tempatnya cinta dan proses naksir-naksiran itu ada?

Dia lalu merujuk pada pendapat lama yang sempat diyakini oleh para pendahulu kita. Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta ada karena biasa bertemu. Perjodohan dianggap sebagai upaya untuk menyatukan dua manusia dalam suatu ikatan yang resmi. Perasaan suka dan sayang bisa muncul setelah itu. Asal kedua pihak menjalankan peran sesuai dengan yang seharusnya, maka semua akan baik-baik saja. Kemapanan sang calon suami menjadi nilai tambah yang dianggap sebagai penjamin kehidupan si perempuan di masa depan. Mapan duluan, cinta belakangan.

Lalu mana yang lebih dulu, mapan atau cinta dulu?
Asli deh, nggak tahu. Makanya saya menulis postingan ini untuk kita diskusikan bersama.

Skema yang dibayangkan teman saya, cari masa depan aman dulu dan cinta bisa muncul belakangan, bisa jadi benar. Nyatanya, saya melihat beberapa pasangan hasil perjodohan yang bisa langgeng dan bahagia sampai masa tuanya. Tapi gagasan bahwa hubungan harus diawali dengan cinta dulu dan kemapanan bisa dibangun belakangan juga menghampiri pikiran saya dengan hebatnya.

Ada sintesa tentang ini?
Ah, haruskah? Saya percaya, bila sesuatu diawali dengan niat yang baik dan melalui proses yang baik, maka hasilnya akan baik juga. Karena itu, mungkin tidak terlalu penting ngotot-ngototan mana yang lebih penting/dulu: kemapanan atau cinta. Untuk kasus teman saya, walaupun kebutuhan yaitu kemapanan pasangan pada akhirnya terwujud, mungkin jauh di lubuk hatinya dia masih mendambakan munculnya chemistry alias perasaan naksir-naksiran itu. Mungkin lhoo, makanya dia kabur :mrgreen:

Cinta yang diwujudkan dengan bentuk perhatian, dan dukungan/motivasi pastinya akan membantu pasangan kita mencapai titik terbaiknya. Bisa mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya, mungkin bisa mendorong untuk berkarya dengan baik (dan kemudian jadi orang kaya tentu saja). Idealnya begitu ‘kan?

Pertanyaan postingan ini: ada komentar atau ingin berbagi pengalaman? Silakan lho ..

69 thoughts on “Kemapanan dan Chemistry Itu

  1. Cewek matre itu wajib, karena dengan begitu sang lelaki akan giat bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan “primer” (baca: tersier) sang wanita. [IMHO]

    Tapi nek bojone kere yo ojo dipokso jeh.
    :mrgreen:

  2. sekarang ini, jumlah orang matre udah seimbang, ga ada lagi preferensi jenis kelamin. malah katanya cenderung kebanyakan cowok matre…entah bener atau enggak.

  3. hew..hew… senang melihat anan sudah semakin tua dewasa
    yah sayah pikir sih “insting wanita” yang satu itu memang perlu dan penting, bagaimana pun jg we have a real life here
    maskulin memang cenderung mengawang menuju ideal dan tugas feminin lah membuatnya tetap menginjak tanah dan membumi tanpa harus “terjebak dan terikat” pada materi

  4. kalau nunggu mapan dulu, nikahnya ntar ketuaan, kecuali emang yang punya berkah kesuksesan dimasa muda.

    sebetulnya dari segi umur gpp, terserah anda mau menikah umur berapa jg, tapi ntar punya anaknya ketuaan.

    *lagi bayangin gendong bayi pas umur 40 taun*

  5. Walah…ga sengaja kok kita bahas hal yang sama sih (http://edratna.wordpress.com/2008/10/11/betulkah-
    suatu-pertemanan-memerlukan-unsur-chemistry/)….menurutku chemistry itu harus tetap ada…lha wong sekedar temenan, mengobrol asyik aja tak bisa dengan sembarang orang kok. Saya termasuk orang yang tak percaya pepatah “tresno jalaran soko kulino”…karena dari pengalaman, saya punya sahabat sangat dekat, bisa mengobrol apa saja, tapi tetap aja hanya sebagai sahabat…karena chemistry nya beda, dengan orang yang kita rasa akan menjadi “soulmate” kita…ada rasa mak “grenjel” dihati…..yang kita tahu, nahh ini dia….

    Nahh Nonadita udah merasakan “rasa grenjel” di hati ini? kalau sudah berarti rekan-rekan blogger sebentar lagi dapat undangan….

  6. @ angki: bener ki, memotivasi pasangan supaya giat (dan happy) dalam bekerja baik juga tho? 😀 akakakak.. ga segitunya kali sampe dipaksa
    @ dony alfan: jangan lupakan, masih ada hati yang tulus mencintai.. jiyeeeeee sinetron banget :mrgreen:
    @ hedi: mungkin peningkatan “orang matre” itu berkorelasi positif dengan penambahan jumlah orang miskin. Tapi ini masih asumsi lho.. Istilah “matre” ini sendiri masih bias, pengertiannya berbeda2
    @ temon: beranjak dewasa ‘kan atas indoktrinasi pencerahan dari Bung Temon juga :mrgreen: Lho, yang saya rasakan kok malah feminin yang lebih mengawang ya? Karena ada mitos bahwa maskulin itu lebih pake logika sehingga lebih realistis gitchu..
    @ cecep: mapan memang tidak bisa ditunggu, tapi harus diusahakan. Mesti diingat juga, untuk perempuan ada masa usia terbaik untuk memulai peran menjadi seorang ibu. Benar begitu bukan?
    @ lelouch: apakah bung lelouch termasuk pria dari kategori ini juga? hehehe
    @ ghea doang: bah.. novel roman nggak bisa jadi patokan. Gambarannya terlalu ideal, bisa gak kawin2 ntar gara2 nungguin yang kayak gitu..
    @ didut: jangan lupa berkomen setelahnya ya?
    @ mbelgedez: jodoh datang apa adanya? masalahnya, bagaimana bisa tahu yang datang itu jodoh apa bukan? jodoh itu kan diusahakan..
    @ memble: tentu saja, akhlak merupakan satu faktor yang penting
    @ edratna: hohohow. bisa kebetulan begini ya? betul, chemistry itu nggak bisa dikesampingkan begitu saja. Kita bisa saja dekat dengan orang, saling berbagi tapi ya terus begitu. Nggak bisa lebih dari itu karena nggak merasa naksir. Chemistry itu bisa datang belakangan nggak ya?

  7. wehehehehheheh,, ternyata iya tema tulisannya sama. mungkin kalo aku sendiri punya pengalaman yang sama dengan temannya nonadita. sampai ke adegan hampir kaburnya (hampir, karena akhirnya aku memaksakan diri untuk menghadapinya):D
    teorinya siy bener, lebih baik mapan dulu, cinta bisa dibina belakangan. tapi yang namanya perempuan kurasa masih ada harapan untuk tidak hanya dicintai, tapi juga mencintai. apalagi dengan orang yang jadi partner hidupnya kelak. chemistry ato mapan?kayanya dua2nya penting deh. karena kita bicara hubungan yang tidak hanya sekejap kan? 😉

  8. gw nanggepin dr pihak cowow yah, gw gatau rasanya jd cwe si…drpd asal ngomong:

    gw liat dr cwe yaitu cinta sblum gw jadi mapan
    dan mungkin klo uda mapan, tinggal tunjukkan kemapanan setelah yakin bahwa ia cinta

    mungkin beda yah pandangan tiap orang. Well ini pandangan orang yg uda sering dkcewakan cinta palsu (heheh jd curhat :d)

  9. gak usah diributin. wong, setiap ‘sesuatu’ pasti ada lajurnya masing2. gampangnya gini ya. buat cowok ato cewek matre, biarkan mereka melihat kemapanan dulu, kalo sesuai dengan standard mereka, ya udah biarkan cinta (ato gak cinta) berjalan sesuai adanya. Nah, buat aliran romantis, biarkan cinta/chemistry yang bicara duluan, selanjutnya biarkan ‘rasa’ itu yang membimbing mereka buat ‘golek urip’, salah satunya kemapanan.
    eh, lagipula ‘kemapanan’ itu kan nggak cuma banda donya alias harta toh ?

    *Non, biarkan chemistry-mu yang sekarang membimbingmu*
    😀

  10. wah..blognya asik juga euy..salam kenal..cewe emang harus gitu..wajib bawaanya..ini kalo menurut saya sih secara general.
    Kalo buat pribadi ogahhh

  11. ada dua orang teman saya akhirnya jadi sepasang gara2 witing tresno jalaran soko nglibet alias kemana2 berdua dan ketemu terus di kampus…

    ada saudara saya yang bersikukuh tinggal sama cowok pilihannya gara2 tuh cowok da ngebiayain hidupnya sejak dia kuliah…

    pacar saya malah nekat nunggu saya yang ndak lulus2 ini…

    jadi makin ga paham sama makhluk yang namanya wanita…

  12. dulu.. “semoga saya dapat cewek kaya, manis, lucu dan baik hati.”
    sekarang .. “alhamdulillah, saya dapat cewek kaya, lucu dan baik hati.”
    🙂

  13. @ yu: eh walaupun hampir sama, tapi postingan ini bukan ngomongin kamu lhoo :mrgreen: hehehe! dua2nya p enting sih memang… Kalau mana yang lebih penting untuk ada duluan, tergantung tujuan yang bersangkutan
    @ martie: baiklah, saya dapet satu pengetahuan baru kalau begitu 😀 cowok lihat cinta dulu baru mapan ya? hehe
    @ goenoeng: woh ada dua aliran gitu ya? kalo Mas ini pengikut aliran mana, chemistry kah?
    @ raffaell: kalau kayak gitu sih sapa yang nggak mau? :mrgreen:
    @ boyin: salam kenal juga. Owh jadi masih ada sejumlah kriteria khusus ya?
    @ achoey: berarti nggak bawa oleh2 yah? wah kebangetan iniiii…..
    @ alit: tidak harus memahami keseluruhan wanita tho? setiap orang itu unik, makanya punya kisah yang beraneka pula
    @ nothing: jadi keinginannya udah kesampean nih? selamat yaa kalau begitu
    @ adit: kesabaran menunggu janji2 juga ada batas lho!
    @ mantan kyai: sandang, pangan, papan dan aksesoris. Kalau perempuannya blogger, berarti ditambah laptop dan bandwith kenceng :mrgreen:

  14. setuju sama lumba-lumba, kalo niatnya baik pada awalnya, akses mudah atau susah ke materi pada akhirnya bukan lagi hal yang terlalu memusingkan, karena keduanya sudah sepakat pada awalnya bahwa semua akan dijalani bersama

  15. **some text missing**ASSALAMUALAIKUM WR WB**some text missing**MISI PERMISI ORANG BARU MW NUMPAT LEWAT**some text missing**KALO MENURUT GW SEMUA ITU BUTUH KESEIMBANGAN**some text missing**SETUJU ????**some text missing**

  16. mungkin konsep perempuan mencari keamanan, kenyamanan, dan kemapanan dari lelaki berlaku pada perempuan-perempuan yang memang belum memiliki semua itu; sehingga harus mencari lelaki yang bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tersebut.

    sementara saat ini, perempuan yang bekerja dan berkarir banyak juga yang sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, dan memiliki tingkat kemapanan yang mereka raih sendiri–sehingga kriterianya ketika mencari pendamping lelaki mungkin akan berbeda. yang dicari bukan lagi kemanapan, karena toh perempuan tadi sudah merasa mapan berdiri di atas kakinya sendiri.

    saya pikir ketika perempuan punya suatu tingkat kemapanan tertentu dan sudah dapat menghidupi dirinya sendiri, ia akan mencari seorang lelaki yang bisa dijadikan “partner” dalam hidup, sehingga lelaki tidak dipandang sebagai “sumber kehidupan”. kalau sebagai “sumber kehangatan”? mungkin aja, itu sih… hehehehehe *kaboooorrr*

  17. Kemarin saya dipanggil sama bos, cerita-cerita tentang kemapanan. Dia nasehatin gini.. mapan dulu baru cinta.
    Kumpulin duit dulu.. *dalam hati mau punya Jaguar dulu :p* trus semuanya bisa didapat.

    Eh ditambahin pula, *sotoy tuh boss* masa dia bilang saya tipe Melankolis? katanya segala sesuatu butuh dipertimbangin, apalagi dalam hal memilih pasangan/partner.. Saya lebih suka nyari partner ketimbang pacaran. WAkakaka.. emang betul!

    jadi, kalo kata orang Ta’aruf ya? :p

  18. setuju sama pendapat hanny…

    I’ve been there and done that. Pernah berpikir punya suami kaya itu menyenangkan. Pengen apa-apa ngga repot. Ga jarang cita-cita itu hampir nyata. Punya pacar tajir, tampang ga malu-maluin, pokoknya mapan deh. Tapi makin kesini, makin nyata punya apa yang saya cari. Setelah sempet jatuh dan kecewa beberapa kali tentunya.

    Mapan itu penting, tapi bukan lah kaya. Rasa nyaman itu yang bikin chemistry dan cinta itu ada. Saya lebih melihat apakah pria itu adalah seseorang mau bekerja keras untuk hidupnya, bertanggung jawab pada dirinya sendiri, dan tentunya mencintai saya apa ada nya juga. Bukan karena fisik atau materi yang saya punya. Tampang bisa jadi jelek setelah tua nanti, dan harta akan habis kalo kita tidak bisa bekerja keras untuk memenuhinya…

    and for me, it should be vice versa 🙂

  19. @ iway: jadi kita sepakat nih? *TOSS!!*
    @ anjinglaut: heh ditunggu didut tuh komennya
    @ uchielz: tentu saja semua butuh keseimbangan. Toss juga deh kita!
    @ hanny: ya, hanny, wajar bila seseorang tertarik pada orang yang dianggap bisa memenuhi kebutuhannya. Ada pasar karena ada permintaan. Pada wanita dari kelompok tertentu, hartabenda bukan jadi satu2nya hal yang dilihat dari seorang laki2. Mereka lebih tertarik pada intelektualitas atau bahkan hal remeh saja.
    @ kaitou kid: ah hari gini nggak usah jodoh2an dong ah, cukup siti nurbaya
    @ deddy huang: berpasangan dengan orang yang bisa melengkapi selayaknya partner kemungkinan bisa lebih awet, lho!
    @ lelouch: nanya dulu juga boleg dong?
    @ chic: makasih, mbak chic, atas ceritanya. Rasa nyaman memang bisa dibangun dari adanya situasi yang mendukung, salah satunya kemapanan itu. Nggak perlu kaya, cukup makan. Kalau punya potensi kaya, alhamdulillah ya?
    @ -=«GoenRock®»=-: saling support, bikin awet. Gitu ya?
    @ mutia: kalau itu pilihanmu, teruskanlah nak :mrgreen: Mapan dulu baru cinta, bisa2 aja kok. Berdo’a saja orang mapan itu jodohmu yang tepat 🙂

  20. “mapan atau cinta dulu?”

    pada banyak kasus, cinta dulu dit. karena setelah cinta itu, kemapanan bisa dibangun bersama. eh tapi mungkin berlaku berbeda pada masing2 pribadi sih.

  21. setuju sama @chic..mungkin karena sudah berpengalaman yak, chic 😀

    mapan itu penting, tapi gak harus kaya raya…dan gak harus mapan dari awal.
    yg penting harus yakin apa si pria itu termasuk orang yg bertanggungjawab dan pekerja keras.
    jadi nantinya bisa menuju kemapanan bersama-sama, bukankah akan lebih indah jika bintang itu diraih bersama? 😉 *halah*

  22. dekkkkkkkkkkkk….

    cuma satu pesan aku… kawianlah sama pria yang gak mokondo, alias modal K doang… 😛

    hari gini beib, anak sakit, gak mungkin cuma dikasih cinta, mo makan, gak cukup loe bilang “I love you” langsung kenyang… mo sekolah, gak mungkin kalo loe peluk2 doang dia bisa langsung jadi Insinyur… semua butuh “modal” beib…

    Nahhh, dari pernikahan itulah, kebersamaan dipupuk, dihangatkan dengannn kehadiran anak2… buah cinta, lalu bersama2 membangun mahligai yang namanya rumah tangga…

    Ahhh, gak juga sih, karena bisa jadi butuh cinta yang kuat untuk bisa membuat org bertahan, karena yang namanya rumah tangga itu, ibaratnya mengarungi samudra, banyak badai yang akan menghadang, kalo gak ada “the power of love”… mana mungkin sanggup mengarungi samudra, menghadang topan dan menghalau badai yang menghadang.

    At the end, semua kembali kepada yang akan menjalani, tujuannya menikah sebetulnya apa?… mencari pasangan untuk berbagi kasih, atau supaya bisa hidhup nyaman dikehidupan mendatang… masa depan terjamin, tidak madesu, hehehe…

    Pasangan2 penuh cinta seperti saya, pasti akan lebih dahulu mengutamakan cinta daripada harta, karena kekuatan cinta itulah yang akan mendatangkan rejeki yang berkelimpahan.

    Dibalik seorang laki2 yang sukses, selalu ada wanita yang PENUH CINTA yang mendukung sang suami untuk maju terus, meraih masa depan yang cemerlang, walaupun sang Istri kadang tertatih2, jatuh bangun (kek kristina), hehehehe…

    Semoga kamu sudah menemukan apa yg terbaik untuk kamu.

    (ditulis dsalam keadaan vertigo berat, tapi karna udah minum obat, jadi bisa sedikit buka mata, dah dulu ya dit, gue dah mo muntah nihhhh… sorry kalo komentnya gak nyambung blasss) 😛

  23. Harus memperhatikan kaidah2 yang telah telah ditetapkan oleh ‘standarisasi diri’ (hanya istilah saya sajah Dit)
    Krn setiap orang pasti berbeda dalam menetapkan standarisasi calon pasangannya. spt saya, saya lbh suka wanita katolik daripada muslim, itu tentu ada alasannya, saya juga suka wanita tinggi semampai dan puith bersih, tentu juga ada alasannya. Kl bicara soal materi, tentu saya tidak masukkan dalam standarisasi itu, karena setiap manusia telah diberikan oleh sang Khalik rejekinya masing2… so saya tidak melihat seseorang dari materi, karena yang spt itu tentu tidak adil dan akan bersifat semu alias fatamorgana belaka—

  24. —— tanggapan kok. ——

    terus terang, ada benarnya juga. di masa sekarang, memang perempuan lebih suka pada pria yang semacam ini (kaya dan keren, gitu. lebih disukai jika termasuk anak petinggi). tapi, .. Brizendine kayaknya kurang mendalami risetnya. Ia tampak lebih fokus ke lingkungan yang ada di sekitarnya dan tidak masuk ke dalam masyarakat tradisional (baca:primitiv), lebih terpusat pada buku dan pengamatan secara kasar. kalo dalam kasus teman kamu tuh, kemung
    kinan dari penyimpangan riset Brizendine ini, adalah 3 berbanding 140. 😀 😀 ah, kelebihan kali ya ..

    pada akhirnya, yang lebih disukai dari wanita terhadap calon suaminya, ya kesetiaan. jadi, boleh kok kalo belum dapet kerja, yang penting sayang and perhatian. atau, cinta dulu baru mapan. Kenikmatan mencari nafkah akan lebih terasa jika pikiran tidak lagi terbebani dengan pencarian cinta. gitu 🙂 🙂

  25. @ ngodod: ah benarkah? nanti saya tanyakan padanya
    @ yoyo: betul. Begitulah yang tersurat dalam Islam
    @ nova: lah cewek juga ogah nungguin lama2 kali, ntar lakinya keburu keriput :mrgreen:
    @ fahmi!: memang unik untuk setiap kasus. Cinta dulu, trus bangun kemapanan bersama. Uuhh… co cwiitt!
    @ fany: asyik2.. cerita pribadi yak? 😀
    @ silly: duwh.. saya speechless nih, mbak. Setuju setuju sama pendapat2mu. Walaupun sekarang ini sudah banyak wanita yang sukses dan di sampingnya ada lelaki yang penuh duit
    cinta untuk mendukung kesuksesan pasangannya. Di samping lho, Mbak bukan di belakang. Lebih setara rasanya :mrgreen:
    @ khay: standarisasi itu berdasarkan selera dan kebutuhan yang berbeda kan ya. Betul banget, materi itu sifatnya semu. Nggak longlasting.
    @ latree: pendapat seperti Mbak inilah yang diyakini oleh beberapa teman saya yang melakukan ta’aruf, mbak
    @ iaksz: riset Brizendine tidak hanya di masyarakat modern lho, justru dia melakukan pembahasan mengenai apa yang bertahan di otak perempuan sejak jaman primitif. Riset yang dilakukan bukan berdasarkan pengamatan kasar, karena pada dasarnya dia adalah seorang neurolog bukan sosiolog (saja).
    @ kebon jahe: lo terlalu pesimis aje, Re :p

  26. Numpang komen…Boleh?!
    Sebetulnya yang perlu didiskusikan dulu adalah arti kemapanan itu sendiri, sebetulnya apa sih mapan itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mapan adalah kondisi di mana seseorang merasa stabil, nyaman, mantap, siap atau siaga (steady/stable).
    Dalam kasus di atas kemapanan berarti kesiapan menikah atau menjalin sebuah komitmen jangka panjang. Dan kesiapan itu pun sebetulnya tidak hanya berdasar atas kesiapan finansial saja, tapi lebih dari itu, juga secara mental maupun spiritual.
    Sebetulnya orang yang secara telah menyatakan siap untuk menikah bisa dibilang orang yang sudah mapan meskipun belum stabil secara finansial. Karena yang terpenting adalah bagaimana mempersiapkan diri menghadapi konsekuensi berumah tangga di mana sang suami lah yang harus mencari nafkah, juga menghadapi berbagai macam permasalahan rumah tangga. Kata orang bijak sih “rejeki mah udah ada yang ngatur, tinggal gimana nyarinya aja, mau sambil duduk, berlari, atau jungkir balik”.
    Jadi sepertinya kalo mencari orang yang benar-benar mapan akan sangat sulit sekali.

    Kalo urusan cinta mah seharusnya sudah termasuk dalam proses mencari kemapanan, karena dalam kemapanan ada yang namanya rasa nyaman, rasa nyaman dalam berhubungan dan rasa nyaman dalam melangsungkan pernikahan. HEhehe… Yang jelas “Kau tau yang kau mau”

    Kesimpulannya… persiapkanlah diri anda sebaik mungkin sehingga kemapanan dan cinta itu akan berjalan beriringan menghampiri diri.

  27. [nonadita said : @ goenoeng: woh ada dua aliran gitu ya? kalo Mas ini pengikut aliran mana, chemistry kah?]
    sebenarnya sih, oportunis….tapi malah kejebak yang ‘romantis’ 😀

  28. konon setelah menikah, lelaki akan termotivasi untuk meraih kemapanan tersebut. tapi memang sebagai wanita tentunya berharap seorang pria yang mapan. mapan bukan berarti gaji besar atau tajir mampus, melainkan mampu menghidupi sebuah keluarga… 😀

  29. @ rossik: harta bersama yang dicari berdua, sip.. seru banget tuh keknya
    @ anggi: iya, mapan lho, bukan tajir. Kalo nyarinya yang tajir mah repot juga hihi! Memang benar bahwa yang penting
    harus ada rasa nyaman,… nyaman untuk pacaran dan untuk bekerja
    @ azkaa: mari berdoa dan berusaha 😉
    @ edo: wakakak! nggak segitunya kali, tapi nanti saya tanyakan
    @ vivikecil: hoo kaya secara hati. Setuju 😀
    @ Kaka: sip!
    @ lala: chemistry juga kadang bisa menipu lho. Tertipu oleh perasaan sendiri. Halah!
    @ goenoeng: ah ya nggak masalah mau ikut dua aliran bersamaan juga kok, Mas!
    @ cK: Hoo… betul itu. Pemahaman kalimat “rejeki akan mengikuti dengan sendirinya” yang paling bener ya itu. Karena keduanya akan termotivasi untuk kerja lebih keras dan memelihara rejeki yang didapat
    @ navi: saya ndak ngarti basa jawa :mrgreen:

  30. pilih saja salah satu, cinta or kemapanan. mau idealis or realistis, pilih yg paling bisa mendatangkan kebahagian menurut ukuran masing2. ribet yak.
    kalo dapat dua2nya, itu namanya rejeki.

  31. konon naluri purba emang gitu non.. saya pernah nonton di film dokumenter, wanita zaman purba cenderung memilih pria yg paling mahir berburu (mencari makan buat keluarga). dan pria cenderung memilih wanita yg berbodi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan keturunan sebanyak2nya 😀 banyak sekali naksir2an yg muncul dari standar itu..

  32. jadi harus kaya dulu nih….siappp!
    tunggu 4 tahun lagi yah….
    (untuk perempuan yg calon suaminya kudu mapan dulu)

  33. bokap gw bilang ke kk’ gw (cewe): cari cowo baik itu susah, jd yg nomor satu dia baik…
    bokap gw ngomong ke gw: bang, klo abg sukses, kaya, mau cewe yg mana juga bs ayah atur…

    bingung aing

  34. Kalau mnurutku, cewe yang ‘pinter’ biasanya akan lihat background dan kepribadian si cowo dahulu, jika sesuai dengan kriteria yaitu sebagai cowo yang mapan dan sudah siap nikah, trus rasa cinta itu biasanya akan lebih mudah timbul karena si cewe tidak akan merasa ilfeel atau under-estimate kepada si cowo, itu menurut aku lo…
    Karena walau bagaimana pun, ga ada seorang pun yang ingin menderita, nelangsa setelah menikah, tul ga ? Pasti ingin happy kan, dan materi untuk saat ini adalah salah satu parameternya, apakan setelah menikah akan dipusingkan dengan urusan materi atau telah dimudahkan karena si calon telah ‘berkecukupan’ dalam hal materi.
    Begitu Mba Nonadita… 😉
    Salam kenal…

  35. kalo dijodohin terus ada rasa CLICK di dada keduanya sih , lanjut aja.
    Tapi kalo dijodohin cuman ngejar kemapanan tanpa lewat proses naksir-naksiran… takutnya
    dibelakangnya SELINGKUH-kan bisa aja.

    takutnya rasa pengen naksir-naksiran sudah jadi ibu RT gimana yaa..?

    “”…… mendambakan munculnya chemistry alias perasaan naksir-naksiran itu “”

  36. semoga masi ada yg baca suatu hari, yg penting kita percayain semuanya pd yg diatas, jodoh ada yg ngatur , soal mapan(materi) gak ada alat ukurna dan gak ada puasna kita sebagai manusia, yg ptg dah bisa buat makan berdua ya cukup, sisanya akan ditambah kalo dah berkeluarga kata yg diatas dalam al quran.. gitchu deh

Leave a Reply to Kebon jahe Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top
%d bloggers like this: