Poligaminya Aa Gym

Poligaminya Aa Gym adalah suatu bukti bahwa dia manusia biasa, yang berarti kita tidak bisa berharap terlalu banyak padanya. Poligaminya Aa Gym menggelitik benak kita untuk lebih bijak menyikapi urusan orang yang jelas-jelas bukan urusan kita. Poligaminya Aa Gym tentu saja menjadi topic of the month di dunia pecinta gosip!!Dua hari ini saja, beragam komentar muncul memenuhi udara sekeliling saya. Teman-teman di Humas lebih banyak bercerita fakta, mengenai waktu pernikahannya, status istri barunya dan jumlah anak yang dibawa keduanya. Ibu-ibu dekat rumah lebih seru lagi karena pake ramalan, “ga bakal lama lagi deh (ketenarannya)”. Ada juga yang bilang, “moal laku deui sigana!” (*ngga bakal laku lagi kayanya)

Ibu-ibu grup pengajian Nenek saya di Bantarjati menyatakan ikut merasakan kesedihan Teh Ninih (yang katanya sih Teh Ninih terlihat sedih). Mereka bilang pasti sulit baginya merelakan suami tersayang membagi cinta terhadap wanita lain. Mereka bilang perasaan tidak relanya Teh Ninih terpancar dari mata ketika disorot kamera infotainment.

Lebih jauh lagi, ibu-ibu pengajian ini kompak berseru, “moal ah moal ka Aa Gym deui!!”. (*ngga ah ngga bakalan ke Aa Gym lagi). Mereka jadi males datang ke Daarut Tauhid lagi rupanya. Mungkin seruan ini mereka anggap sebagai bentuk solidaritas terhadap perasaan Teh Ninih. Ibu-ibu ini emang anti poligami katanya.

Ah, siapa sih kita sehingga merasa berhak “menuduh” Teh Ninih ngga ikhlas? (Emang situ udah pada pernah ngobrol?). Kemampuan apa pula yang kita miliki sehingga kita merasa sanggup meramalkan seberapa lama lagi pamor Aa Gym bertahan? Siapa pula yang bisa menjamin kalau kita ngga datang ke Daarut Tauhid lagi maka Kyai-kyai itu bakal kapok berpoligami?

Buat saya, Aa Gym (dan keluarganya) hanya menjalani apa yang diyakini. Biarlah setiap orang hidup dengan pilihannya. Marilah bersama belajar untuk melihat dari sudut lain, siapa tahu ada hal baik di sini. Masalah keikhlasan, siapa sih yang bisa menilai selain Dia? Bahkan seringkali kita tidak bisa dengan tegas menyatakan perasaan kita sendiri.

Satu hal tersisa, Aa Gym pastinya bakal jadi salah satu nominee untuk Poligami Award (dari Puspowardoyo itu lho, masternya poligami). Itu kalau award-awardan tersebut masih ada …

4 thoughts on “Poligaminya Aa Gym

  1. [49:12] Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ……

  2. Memang untuk survei “apakah laki-laki dapat hidup dengan menyintai satu wanita” perlu diadakan benar-benar ya 🙂

    “Dari pada selingkuh”, yah kalimat ini terlontar karena dalam benak saya sudah tertanam bahwa laki-laki memang tidak dapat menyintai seorang wanita saja. (Apa ini artinya saya tidak menyintai suami secara mendalam hehehe).

    Gimana kalo poliandri ya (Maaf otaknya lagi error….)

  3. @ dela luthu
    Bisa jadi cerminan ketakutan di alam bawah sadar juga sih, Mbak. Saya tetap berpegang pada pendapat kalau “daripada selingkuh” itu dijadikan alasan, sama saja kita men-judge bahwa lelaki tidak bisa mencintai saTu orang istri saja. Serta merta kita membolehkan suami naksir perempuan lain sesudah menikah..

    Bila penyebab poligami adalah masalah kesehatan, mungkin lebih banyak orang yang ikhlas menerima ya. Mungkin saja lho yaaa, IMHO

  4. Masalah tersebut (Ibu2 yang kecewa karena Aa Gym poligami) itu krn mereka meng-kultus-kan Aa. Mereka pada awalnya terlalu mengagungkan Aa Gym, bukan ajaran yang diberikan. Kasus seperti ini juga ud banyak terjadi.
    Itu menurut pendapat saya. Wallahu a’lam deh.
    Hidup Aa Gym *loh?*

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top
%d bloggers like this: