Bahaya Narkoba, Bukan Sekedar Kata

Kamis lalu, saya menerima sapaan dari seorang teman. Awalnya saya kira obrolan kali ini hanyalah obrolan biasa, bertanya kabar untuk kemudian bercerita tentang hidupnya. Tapi ceritanya kali ini bukanlah cerita biasa. Bukan cerita ceria seperti yang seringkali dia bawa, namun cerita tentang sebuah luka. Mendengar kisahnya, saya tersadar bahwa selama ini saya telah begitu tidak peka terhadap banyak hal di sekitar saya, termasuk bahaya narkoba. Untuk anda, saya akan menuliskan cerita darinya.

Aktivitas belajar yang sedang kuikuti terhenti seketika oleh riuhnya suara orang-orang berkonvoi di salah satu jalan utama di Jakarta ini. Terdorong oleh rasa penasaran, aku pun beringsut ke arah jendela untuk mengintip jalannya konvoi. Ternyata sebuah konvoi simpatik, dengan serombongan orang duduk di dalam metromini, memperingati Hari Anti Narkoba Sedunia. Seketika itu pula aku diingatkan kembali, bahwa pada suatu masa narkoba pernah membawa luka di hidupku.

Lucu juga memikirkan kenyataan bahwa kadang kita tidak terlalu peduli pada isu yang ramai dibicarakan orang-orang, hanya karena kita merasa isu itu terlalu “jauh” adanya. Ya, aku paham bahaya narkoba itu ada. Tapi dulu aku selalu merasa bahwa kasus narkoba terlalu “jauh” untuk menjadi nyata. Seakan bahwa narkoba itu memang nyata dalam berita, namun tak akan pernah menyentuh kehidupan kita maupun orang-orang di sekitarku.

Tentang kecanduan narkoba, aku hanya tahu tanpa memahami lebih dalam penyebabnya. Aku sekedar tahu bagaimana akibatnya, tanpa pernah menyaksikan sendiri dengan mata kepala. Hingga kemudian bahaya ini merenggut nyawa dia yang kukenal, sekitar setahun lalu.

Aku memang tidak dekat dengannya, pun tidak mengetahui aktivitas sehari-harinya. Dia kecanduan narkoba, tanpa aku pernah menyadarinya. Kabar tentangnya datang sesekali saja, dan ketika kabar sakitnya itu tiba, sudah nyaris terlambat waktunya.

Bersama dengan teman-teman di sudut sebuah pasar di kota ini, dia menghabiskan malam. Berbagi surga, sementara masa depan semakin gelap untuk mereka. Jenis narkoba yang digunakannya adalah narkoba suntik. Entah bagaimana kenikmatan yang dia rasakan, entah apa yang mendorong dia untuk menyakiti badan. Jarum suntik itulah yang jadi raja baginya, yang menyeretnya ke gerbang kematiannya. Tidak hanya narkoba saja, karena HIV kemudian menginfeksi dirinya.

Komplikasi antara kecanduan, sakit liver kronis, dan pencernaan yang rusak jadi siksaan selama siksa hidupnya. Ketika aku tahu sebab penyakit ini dari dokternya, aku seketika terhenyak. Narkoba, awalnya hanya satu hal yang hanya kutemui pada berita, pada tayangan televisi, penyuluhan serta materi kampanye di mana-mana. Narkoba, satu kata yang selalu direndengkan dengan kematian. Ternyata bahaya narkoba ini nyata, dan tak jauh dari hidupku adanya.

Hidupnya kemudian dijalani di tempat tidur, sudah terlalu terlambat untuk melakukan tindakan apapun. HIV sudah meruntuhkan segala kekuatan tubuh mudanya. Tubuh kurus berbalut kulit tipis itu tak bisa bangun lagi. Bahkan sekedar untuk duduk. Luka-luka yang sulit sembuh tersebar di sekujur tubuhnya. Sariawan parah dan lidah yang tak mampu lagi mencecap rasa, membuatnya tak bisa menikmati sebanyak apapun jelly dan apel yang kami bawa untuknya. Hingga pada suatu hari, seraya kesusahan mengangkat kedua tangannya dia berkata:

Rasanya aku pengen bangkit. Pengen bisa bangun dari tempat tidur ini, bangkit gitu.. Heeuuppp!!

Dia memang tak pernah kuasa bangkit. Aku pun tak pernah melihat lagi senyumannya, karena dua hari kemudian dia dipanggil oleh-Nya. Kepergiannya mungkin hanya menambah deretan angka korban narkoba. Mungkin juga selain bagi keluarga yang ditinggalkan dan orang-orang yang dekat dengannya, dia cuma seorang yang “bukan siapa-siapa”. Pembicaraan tentangnya tidak bertahan lama, tidak pula masuk berita utama. Tapi justru dengan “ke-biasa-annya” itu (bahwa dia orang biasa, bukan orang kaya, artis atau pejabat negara), aku ingin mengingatkanmu, Nona. Bahwa narkoba bisa menyentuh siapa saja, mulai dari pengelola negara ini, bintang gosip selebriti, hingga sekumpulan pemuda pasar di sudut Kota Bogor.

Saya pun terdiam dan tidak sanggup berkomentar apa-apa. Hanya sebentuk ucapan terima kasih atas kesediaan membagi cerita ini, dan atas keinginannya pula saya menuliskan kisahnya di blog saya. Disertai sebentuk harapan, untuk mengasah kepekaan kita. Untuk menjaga diri, keluarga dan lingkungan sekitar kita dari bahaya yang selalu menyapa.

Moral postingan ini: Narkoba bukan sekedar deretan angka kematian yang jadi bahan berita. Lebih dari itu, narkoba adalah bahaya nyata yang selalu manis aksinya dalam menggoda. Kita harus lebih peka, minimal untuk menjaga orang-orang dekat kita. Agar angka-angka tak berakhir sebagai materi kampanye semata.

39 thoughts on “Bahaya Narkoba, Bukan Sekedar Kata

  1. Hm.. banyak mamang yang menanggapi hal seperti ini dengan setengah hati, seolah mereka tak mungkin tersentuh dengan bahaya narkoba, padahal dia selalu ada dikanan dan kiri kita

  2. Lingkungan memang sangat amat banyak mempengaruhi seseorang untuk mencoba Narkoba untuk awalnya, ketika sudah tau ‘nikmat’ nya dia tak kan bisa lepas.
    Bagaimana mengantisipasinya…? “kenalkan” keluarga kita sedini mungkin, apa itu narkoba?, bagaimana narkoba dipakai?, bagaimana ciri-ciri orang yg pake narkoba?.
    sekedar untuk tau bukan untuk mencoba loh;))

  3. kesulitan terbesar kita adalah membentuk persepsi yang benar tentang narkoba kepada para generasi muda penerus perjuangan bangsa…

    jiwa muda yang tidak ingin dikekang bikin narkoba tetap aja merajalela…

  4. Narkoba mungkin tida bisa dihilangkan. yang terpenting adalah antisipasi dini terhadap pengaruh narkoba terhadap putra-putir kita. bentengi mereka dengan mempererat rasa ebersamaan, tanpa kekang. ciptakan itu dari keluarga kita..benteng pertama..

  5. ๐Ÿ™ ini berat, perlu kerjasama dari semua pihak. Dimulai dari hal yang paling kecil, keluarga.
    *bengong* kira-kira, hal paling sepele yang bisa kita lakuin untuk ngedukung gerakan anti narkoba apa ya?

  6. terlalu banyak masalah bangsa ini jadi wajar kalo ada beberapa hal yang mungkin tidak sengaja tersisihkan..thanks udah ngingetin..

  7. orang tua jaman sekarang juga kurang banget preventiv terhadap anak2 mereka, barrier pertama dari pertahanan terhadap narkoba adalah keluarga… thank’s for the story…

  8. mulai dari diri kita sendiri, jangan sekali-kali coba narkoba, sepertinya itu hal paling sepele yang bisa dilakukan daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali

  9. masalah narkoba = salah satu bentuk kegagalan pemerintah untuk MELINDUNGI warganegaranya dari PEREDARAN GELAP narkoba !! karena beredar gelap dan tidak ada supervisi jadi siapa aja bisa dengan mudah mendapatkannya. Tindakan represif mestinya HANYA UNTUK PENGEDAR SAJA, BUKAN UNTUK PENGGUNA. kenapa ?? karena pengguna adalah KORBAN…ya korban keadaan..ya korban sistem kesehatan…tobat…tobat…

  10. hm, seringnya begitu… kepekaan kita baru muncul setelah orang yang kita kenal mengalami sesuatu… biasanya sudah terlambat.

    para bijak sering berkata: …..sudah hilang, baru kelabakan

  11. Eh, sorry OOT

    Dit, itu buku The Art of Loving beneran mau ? Mumpung saya punya 2. ๐Ÿ˜‰ Dan mumpung saya belum balik ke Sorong. Kalau mau dikirim ke alamat mana ? Hubungi lewat e-mail ini biar lebih gampang. ๐Ÿ™‚

  12. NARKOBA tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi keluarga dan orang-orang terdekat ikut menderita karenanya.
    maka jangan sekali-kali menggunakan narkoba!

  13. duh maap2 baru bales! ๐Ÿ˜€

    @arhan: iya iya bener banget!
    @pudakonline: karena itulah postingan ini saya tulis. Banyak juga yang merasa sama, nggak bakal tersentuh narkoba.
    @ngodod: Wah itu lagu kesukaan saya!
    @idiluam: memang sebaiknya jadi bahasan utama di masing-masing keluarga
    @mahendra: jiwa muda tidak ingin dikekang, seharusnya tetap punya logika
    @iis sugianti: keluarga= benteng pertama. SETUJU!
    @didut: iyalah.. kenyang gitu lho!
    @adie: salah satunya: berbagi lewat tulisan
    @venus: iya, simbok ๐Ÿ™ kita sama2 prihatin lah akibat ini
    @bagus: narkoba ini masalah penting juga harusnya
    @mbakDos: iya, mbak. Sayah sih ndak mau bersua dengan narkobanya
    @denny: senang bisa berbagi cerita ๐Ÿ™‚
    @neng: begitulah kejamnya akibat narkoba
    @zam: bikin nagih! sama kejamnya! :mrgreen:
    @rae: wekekeke.. rokok? udah sering bahas juga sayah ๐Ÿ˜€
    @hanny: udah minta ijin ke balibul belum?
    @yanti: iya, orang dekat bisa jadi korban atau penjerumus juga
    @mr.cappuccino: aku juga suka pesan moralku! xixixix
    @aminhers: mariii!!
    @menik: ayooo!!
    @waterbomm: iya jangaaann!!
    @wira: ya, saya?
    @ekowanz: nih bentar lagi di update
    @leah: pengguna = korban, setuju!
    @mlandhing: semoga cerita ini bisa ningkatin kepekaan
    @ronggo: woh… itu juga bahaya mas!
    @fertob: aku udah kirim email tuh, bang!
    @ndop: jangan coba2 pake, takut nagih!

  14. Saya tak suka Narkoba, but I like Naruto. Saya tak suka Ganja, tp aku agak ganjen (ganjen kalo liat org sedang pacaran) ๐Ÿ™‚

    Semua kembali ke niat masing2…

Leave a Reply to Menik Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top
%d bloggers like this: