Perlu waktu sekitar 5 jam perjalanan mobil dari Yogyakarta untuk menuju lokasi tujuan kami. Innova yang kami tumpangi kala itu melintasi kota, kampung, hutan dan hutan karet lagi sampai akhirnya kami tiba di Sidareja, salah satu kecamatan kantung buruh migran dari Cilacap. Lokasinya memang terpencil, sekitar 1,5 jam dari Cilacap dan 1 jam dari Pantai Pangandaran.
Tujuan saya, Nico Wijaya dan teman-teman dari Tifa Foundation adalah menghadiri Diskusi Kampung yang diselenggarakan di pendopo Kantor Kecamatan Sidareja. Diskusi bertema “Pemberdayaan Buruh Migran Melalui Penguasaan TI” ini dihadiri sejumlah pejabat pemerintah, pengelola dan peserta Community Technology Center (CTC) serta beberapa buruh migran dari sana.
Tersebutlah Rofiqoh, seorang wanita muda yang pernah mengenyam pengalaman bekerja di Negeri Singa sebagai pembantu rumah tangga. Dia berangkat pada usia 19 tahun, muda sekali ya? Gosh..umur segitu saya masih sibuk dengan kuliah dan minta uang jajan. 🙄 Malang menimpa, dia mendapat majikan kasar yang suka menampar. Dia pun pulang setelah kontrak kerja satu tahunnya habis. Musibah selanjutnya datang, gajinya selama setahun tak kunjung dikirim hingga sekarang. 😥
Selanjutnya bergulirlah cerita-cerita miris lain mengenai nasib buruh migran (TKI) yang tidak sesuai harapan. Seorang perempuan dijanjikan bekerja di Malaysia untuk kemudian berakhir sebagai penjual tempe di pasar di Kalimantan. Cerita lain berkisah soal TKI yang meninggal di luar negeri namun jenazahnya baru dipulangkan tiga bulan kemudian.
Jumlah TKI ilegal terbilang banyak, mereka adalah yang berangkat tanpa mengikuti prosedur yang legal dan/atau tidak tahu informasi yang benar. Akibat kurangnya pengetahuan, tak heran bila banyak di antara mereka yang menjadi korban penipuan baik di dalam negeri maupun di tempat tujuan.
Padahal sumbangsih TKI terhadap daerah asal bukannya tidak besar. Setahun kemarin saja, pendapatan Cilacap sebesar tiga ratus milyar rupiah berasal dari warganya yang bekerja di luar negeri. Mereka mengirim uang untuk keluarganya serta meneruskan perputaran roda ekonomi sekembalinya ke tempat asal.
Sedangkan sebagian dari buruh migran ini berangkat tanpa persiapan yang memadai. Misalnya para perempuan yang akan menjadi pembantu rumah tangga, belum dibekali keterampilan mengoperasikan peralatan rumah tangga (yang canggih-canggih). Kabarnya, Balai Latihan Kerja yang ada belum semuanya dapat menyediakan simulasi yang sesuai dengan kondisi kerja yang akan dihadapi.
Diskusi kampung tersebut memberikan pemahaman bagi kami, bahwa masih banyak buruh migran yang berangkat kerja tanpa bekal yang matang. Bekal ini seharusnya mencakup pengetahuan mengenai prosedur melamar kerja secara legal, pengetahuan & keterampilan yang dibutuhkan di negara tujuan, pengetahuan mengenai kontrak kerja yang benar dan bagaimana mencari perlindungan bila terkena kasus. Cerita ini menyisakan tanya, apa yang bisa dilakukan untuk membantu mereka?
44 thoughts on “Sepenggal Cerita Buruh Migran Cilacap”
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Sepertinya Indonesia adalah pengekspor terbesar di dunia untuk urusan tenaga kerja….Kalo bisa sih para buruh migran ini ga usah jauh2 kerja di negeri orang cukup di negeri sendiri aja, tapi gimana yah…memang tawaran di luar negeri lebih menggiurkan meskipun dengan resiko yang cukup tinggi. Hope tomorrow and more will be better….
Wah ke Cilacap gak mampir ke tempat saya Nona, saya juga anak Cilacap, tapi kecamatan Majenang, hehe.
Menurut saya pemerintah harus bertindak serius Nona, untuk melindungi pekerja kita, pelatihan kerja gratis juga perlu diadakan pemerintah.
Saya juga pengin jadi TKI, tapi sebagai Telco Engineer ,hehe
kenapa setiap kali ada tulisan tentang (mantan) buruh migran selalu sama..selalu mengingatkan masyarakat klo mereka hanya korban saja..korban kekerasan atau apa pun itu..
jarang sekali membahas tentang kesuksesan mereka-walaupun sedikit-tapi itu merupakan racun yang harus di beri tau juga kemasayarakat..adil kan?
waduh-waduh akhirnya terbit juga nih. thanks atas kunjunganya ya mba. jangan kapokkk….
dunia buruh migran kita memang penuh dengan potret yang buram. walaupun banyak juga yang menuai hasil yang positif tapi penanganan yang buruk dari intisusi terkait selalu saja menambah deret keburaman. apa yang mau di evaluasi jika tiap tahun tidak ada tindakan nyata yang mengarahn kepada perbaikan penanganan berbagai kasus. kasus di cilacap merupakan sebuah uji atas momentum diskusi yang diharapkan punya muara solusi yang nyata. kenyataanya kasus yang masih terbilang kecil dan hanya satu saja mereka para pejabat kita tidak bisa menyelesaikan. beberapa hari yang lalu DPRD mau mengundang kita untuk duduk bicara bareng tentang buruh Migran Clacap. semogaa deeeh.. sekali lagi thankyu ya mba dita udah mampir di desa terpencil kami
salam
CTC Cilacap – sidareja
ini seharusnya jadi perhatian pemerintah
memang harus disadari TKI menumbang banyak buat negara
sayang banget kalo kasus penganiayaan TKI saja pemerintah kurang terlalu serius menanganinya
🙂
miris emang, mereka dielu-elukan sebagai pahlawan devisa, tapi ya begitulah nasibnya
bukan masalah sebenarnya dengan kekurangan-kekurangan yang ada, karena dapat diatasi dengan sebisanya, hanya masalah target pencarian modal setelah itu kadang malah ilang. Serta konsep menabung untuk masa depan, sementara ketika tenaga sudah loyo harus pulang ke asal.
Pertanyaannya :
mengapa orang begitu nekat pergi keluar negri untuk mendapatkan sesuatu yang belum tentu ada hasilnya? Sementara di Indonesia banyak tempat transmigrasi,tapi jarang yang mau kesana?
Pertanyaannya :
mengapa orang begitu nekat pergi keluar negri untuk mendapatkan sesuatu yang belum tentu ada hasilnya? Sementara di Indonesia banyak tempat transmigrasi,tapi jarang yang mau kesana?kenapa ya?
aku dilahirkan dan dibesarkan di Bangsari, sekitar 20 km dari Sidareja. TKW sidareja sebenarnya disuplai kecamatan yang lebih kecil seperti kecamatanku. hampir semua rumah gedong dibikin oleh tkw.
http://bangsari.blogspot.com/2007/05/tenaga-kerja-wanita-jamilah-si-pelopor.html
Bukannya di indonesia masih banyak pekerjaan yang lebih bagus? mengapa jauh-jauh ke luar neg’ri?
Pekerjaan di indonesia jauh lebih mudah dan menghasilkan dari yang lain.
Ingat : tongkat, kayu dan batu jadi tanaman
Note : view blog ku dong (www.mederios.co.cc)
mba, secara gak langsung, kta, orang Indonesia, nikmatin hasil keringet mreka y? Smoga kta bsa, membalas budi baik mereka. Amien.
itu baru di Cilacap ya Ta..
belum yang dilain tempat, Banten juga banyak banget yang jdi pekerja2 kaya gt..
tempat pelatihan kerja, kaya PRT or babysitter juga malah sering kelewat pinter.
mereka ngajarin yang engga2, kaya minta pulang dibulan ke 2 atau ke 3,
padahal biaya ambil pekerja dari agen2 gt kan lumanyun >.<
hmmm…
kayaknya sih di banyak wilayah seperti itu ya
gawat deh
harusnya penataran dulu mgkn ya
Yach, untuk orang yang belum ngerasain jadi TKI mungkin gak akan tau gimana rasanya dan kenapa alasanya memilih kerja seperti itu.
Tapi aku tau rasanya dan kenapa alasannya.. Namanya juga pahlawan, kalo dikit menderita ketika berjuang itu mah cuman kacang/sepele :p
beberapa waktu yg lalu sempat ikutan training tentang trafficking bersama usaid dkk, duh ternyata banyak sekali yg harus kita ketahui apa itu trafficking, dan banyak pula tugas kita untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa trafficking itu sakit jendral.
wah nona kemarin ke jogja gak mampir ke muntilan ya? Padahal saya ngebet banget bisa dapet tanda tangane sampeyan
pahlawan devisa :))
Gimana mau dapat bekal keterampilan yang relevan kalo BLK cuma mengajarkan menjahit dan menjadi tukang las 🙁
Kapan Majunya??? 😀
kalau migra(i)n berobat aja, hehe
Neng,
Perihal seperti ini adalah coreng-muka yang sejah lama belum ditangani baik dan benar dari sisi internal dapur kita dan external pasca-kejadian. Internal adalah penegakan hukum dan aturan main yang jelas perihal TKI, mesti diberikan aturan baku dan encorcement yang tidak pandang bulu bagi perusahaan penyedia TKI ini agar mereka mengirimkan calon yang berkualitas dan bertanggung-jawab atas kredibilitas operasional mereka dan mitigasi resiko bilamana terjadi event seperti ini dan koordinasinya dengan pihak pemerintah terkait
Externalnya adalah, koordinasi dan enforcement dari perwakilan kita di LN (Baca: KBRI – Bid Ekonomi dan Konsuler) yang berwenang thd pembelaan dan penanganan kasus semacam ini, lihat tenagga kita –> FIlipina yang notabener 15% lebih warganya adalah buruh/pekerja migran, mereka dengan serius membenahi dari lini paling awal –> Dapur!
Ibarat restoran, dapurnya jorok, kokinya mabok – sudah pasti hidangan yang dihasilkan akan dilempar ke tembok :D, Saya juga adalah TKI yang faham akan hak dan kewajibannya dan mampu membela dan memposisikan keberadaanya agar diperlakukan senantiasa secara adil.. begitu juga sebaiknya para TKI lain-nya.
Ayo kita dukung, caranya mungkin dengan terus mengangkat masalah ini ke permukaan dan mengentaskan problema melalui mekanisme yang sudah ada dan expose yang lebih luas lagi.
Great..diusia muda kaya begini dah punya tulisan2 yang bagus..salute…n congratulation for bloggership dari microsoft
Kalo saja pemerintah bersikap tegas dan adil terhadap masalah seperti ini
Pilihan yg sulit memang, ketika beban ekonomi menghimpit, trus ada tawaran menggiurkan… Secara sekarangpun cari kerja jg gak gampang..
suka tidak suka….karena buruh migran berkaitan dengan urusan dua negara, yah memang harus didukung oleh pemerintah yang perduli.
jadi kalo sekarang sudah ada internet. informasi sudah banyak. apakah sudah bisa dijadikan jaminan untuk pergi ke luar negeri. dit? hmmm… jadi penasaran. pingin juga soalnya. balas di blog saya aja ya dit.
many thanks
kemaren baru nonton pesta demokrasi di tv, dgn bintang tamu capres dan cawapres no urut pertama, salah satu pembicara bertanya ttg masalah kurangnya perhatian thdp TKI, pdhl TKI merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara — saya baru sadar ~_~”
WAH, kapan main sekalian ke Ciamis ? 🙂
salam rindu sidarejaku..
republik ini dengan segala kandungan alamnya yang berlimpah sebenarnya sudah lebih dari cukup memberi makan anak – anak negerinya. kuncinya ada di EDUKASI, EDUKASI, EDUKASI. edukasi yang baik, berstandar, murah dan kalo perlu GRATIS. dengan pemahaman kita dapat mengelola bumi nusantara ini demi kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik..sigh
Kunjungan balik atas pertamax-nya….kok bisa sih nemu blog yang baru berumur berapa jam?
Saya orang Cilacap dan memang daerah sya terkenal dengan daerah pembantu rumah tangga. Jadi bagaimana klo orang kaya di Indonesia meningkatkan kesejahteraan mereka. Drpd mereka kerja di luar negeri mending di negeri sendiri. Iya ndak?
orang cilacap emang tersebar kemana mana….di kota dan ditengah hutan (lagi ngerjakan project) pun juga kutemui orang cilacap. salut ma jiwa perantaunya
orang cilacap emang terkenal pekerja keras dan pantang menyerah. Saya salut
satu lagi; perantauan asal cilacap yg saya temui di jabodetabek rata2 melek ICT
salam, masbadar kelahiran selatan sidareja..
halo, posting yang menarik, sorry numpang thread komentar ini sebagai salam perkenalan… saya Agus Suhanto
seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap mereka, kpn y Indonesia sudah bs menampung mreka kerja di negeri sndiri… Let’s do toether… saya yakin Bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar…
seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap mereka, kpn y Indonesia sudah bs menampung mreka kerja di negeri sndiri… Let’s do together… saya yakin Bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar…
pemerintah gak pernah menghargai jasa para pahlawan termasuk pahlawan devisa…ck..ck
Ada apa sih ini sebenarnya.
Senang bisa menemukan tulisan lincah seperti ini. Saya juga menuliskan peristiwa yang sama di http://forumwarga.net , membaca tulisan ini jadi bisa saling belajar cara mendokumentasikan sebuah peristiwa. Sekarang saya tengah mengembangkan pusat sumber daya buruh migran indonesia, lewat http://buruhmigran.or.id tapi pekerjaan ini terlunta-lunta. Salam kenal yah….